Selasa, 10 Oktober 2017

Gangguan pada sistem pencernaan dan upaya untuk mencegah atau menanggulanginya (DIARE)

Gangguan pada sistem pencernaan dan upaya untuk mencegah atau menanggulanginya(DIARE)


Pengertian Diare

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari 24 jam. Normalnya, buang air besar yang dialami seseorang adalah 1-3 kali per hari dan banyaknya 200-250 gram sehari. Jika lebih dari itu, maka seseorang dapat disebut sedang mengalami diare. Gangguan pada pencernaan ini merupakan salah satu kondisi yang paling sering dialami oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007, diare berada di peringkat 13 sebagai penyebab kematian semua umur. Sedangkan jika dilihat dari kategori penyakit menular, diare menduduki urutan ke-3 sebagai penyebab kematian setelah Pneumonia dan TBC. Dari semua data yang disebutkan, golongan yang paling banyak mengalami diare adalah usia balita, yaitu sebensar 16,7%. Diare dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yang dapat didefinisikan sebagai berikut:
  1. Diare akut: diare yang berlangsung kurang dari 1 minggu.
  2. Diare persisten: diare yang disebabkan oleh infeksi dan berlangsung lebih dari 14 hari.
  3. Diare kronik: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan bukan disebabkan oleh virus, misal karena gangguan fungsi usus dalam pencernaan dan adanya gangguan pada proses penyerapan zat di dalam tubuh.
  4. Disentri: diare yang disertai oleh lendir dan darah. Diare jenis ini biasanya disebabkan oleh bakteri Shigella atau parasit Entamoeba histolotica.
  5. Kolera: diare jenis ini adalah diare yang sangat cair hampir tidak ditemukan ampas tinja sama sekali. Kolera bisa menimbulkan wabah dan penderitanya akan mengalami dehidrasi akut. Pada kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.

Penyebab Diare

Pada dasarnya baik penyebab diare pada bayi dan anak, serta penyebab diare pada orang dewasa tidak jauh berbeda. Di Indonesia sendirisi, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Selain itu, bakteri dan parasit juga dikatakan bisa menjadi penyebab diare untuk semua usia. Ketika beberapa organisme tersebut masuk ke tubuh, maka akan mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Akibatnya, makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan langsung masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Proses transit di usus pun menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja menjadi berair saat mengalami diare. Penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak adalah infeksi usus yang terjadi karena konsumsi makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi. Mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi usus adalah bakteri, parasit, dan virus, seperti norovirus dan rotavirus. Meskipun begitu, terdapat beberapa faktor penyebab diare lain, seperti:
  1. Obat-obatan, yaitu penggunaan antibiotik yang salah sehingga mengganggu bakteri normal pada usus.
  2. Faktor psikologis, misalnya stres dan gelisah.
  3. Alergi pada makanan, yaitu alergi pada protein kedelai atau alergi pada susu sapi.
  4. Kelainan pada proses penyerapan makanan, misalnya saat kondisi kekurangan enzim pencerna makanan.
  5. Konsmsi minuman beralkohol dan kopi berlebihan.
  6. Kekurangan vitamin seperti niasin/  vitamin B3.
  7. Masuknya kandungan logam berat pada tubuh, seperti CO, Zn, dan cat.

Tanda dan Gejala Diare

Ketika mendiagnosis penyakit diare, biasanya dokter akan menanyakan seputar gejala yang dialami. Diare umumnya terjadi karena adanya gangguan pada sistem pencernaan, sehingga gejala yang ditemui pun sebagian besar adalah gejala dari sistem pencernaan. Selain dilihat dari tinja yang encer, berikut beberapa tanda dan gejala diare baik pada orang dewasa dan anak-anak:
  1. Peningkatan frekuensi buang air besar
  2. Peningkatan jumlah tinja tiap kali buang air besar
  3. Rasa melilit serta kram pada bagian perut
  4. Kembung, sering buang gas (kentut) dan bersendawa
  5. Muncul rasa mual dan ingin muntah
  6. Pada bayi, biasanya akan terlihat warna kemerahan pada kulit di sekitar bokong
  7. Akan diserta dengan demam, jika diare disebabkan oleh infeksi
  8. Jika terjadi dehidrasi, maka penderita akan merasa lemas, ujung jari terasa dingin, dan hilang kesadaran
  9. Pada penderita disentri akan keluar darah dan lendir saat buang air besar
Untuk gejala diare ringan, biasanya hanya berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Sedangkan pada diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari maka dianggap sebagai diare kronis yang bisa menjadi tanda dari penyakit lain, seperti radang usus dan infeksi yang berat. Jika tidak segera diatasi, diare yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat mengancam nyawa penderitanya.

Pengobatan Diare

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan pengobatan diare yang baik untuk diberikan kepada penderita, yaitu sebagai berikut:
  1. Pemberian Cairan
Pemenuhan cairan pada tubuh penderita diare sangat penting mengingat komplikasi yang sering terjadi pada diare adalah dehidrasi. Pemberian banyak cairan memiliki tujuan untuk menggantikan cairan yang keluar saat diare. Jika tidak digantikan, maka tubuh akan mengalami defisit cairan dan menyebabkan perubahan keasaman darah. Kondisi ini dapat mengurangi volume darah yang menghantarkan oksigen sehingga dapat mengganggu metabolisme sel dan bisa berakibat fatal. Pada bayi, pemberian ASI harus terus diberikan ketika mengalami diare. Namun, Anda perlu membatasi penggunaan susu yang mengandung laktosa. Sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu untuk mengantisipasi adanya gangguan penyerapan zat tertentu. Oralit juga menjadi alternatif yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi saat mengalami diare. Oralit memiliki tingkat kelarutan yang baik sehingga mudah diserap di usus. Anda juga dapat menggantikan larutan oralit dengan larutan gula garam. Caranya cukup mencampurkan satu sendok teh gula dan garam ke dalam satu gelas (200 cc) air minum. Jika pemberikan cairan secara oral tidak bisa diupayakan seperti mengalami muntah berat, maka perlu dilakukan penggantian cairan dengan intravena atau infus.
  1. Pemberian Nutrisi yang Baik
Pengobatan terbaik pada penderita diare adalah pemberian nutrisi yang baik dan seimbang. Jangan sampai ketika Anda mengalami diare, konsumsi makanan menjadi menurun. Anda harus tetap makan seperti biasanya. Pada bayi yang masih menyusui pun harus tetap diberikan ASI secara intensif. Bila mengalami mual, makanan bisa diberikan sedikit -sedikit tetapi lebih sering. Konsumsi serat sebaiknya agak dikurangi agar konsistensi tinja lebih padat.
  1. Pemberian Obat-obatan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebenarnya menunjukkan bahwa konsumsi obat-obatan tidak dapat menyembuhkan kondisi diare yang dialami. Obat antidiare tidak mengatasi penyebab diare sehingga pemakaian obat-oabtan antidiare sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Pemberian antibiotik pun hanya untuk indikasi tertentu, misal pada disentri dan kolera. Pemakaiannya pun  harus dibatasi karena jika digunakan dengan tidak benar dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal pada usus. Untuk diare yang disebabkan oleh virus tidak membutuhkan antibiotik.
  1. Pemberian Seng atau Zink
Seng, zink, atau zat besi merupakan salah satu zat mikronutrisi. Zat ini dapat menurunkan frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta mengatasi diare berulang. Anda dapat mengonsumsi seng atau zink selama 10-14 hari dengan kadar 20 mg per hari. Pada anak usia di bawah 6 tahun dosisnya ialah 10 mg per hari.
  1. Perawatan Lebih Lanjut
Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter apabila diare yang dialami disertai dengan demam, diare berdarah, berkurangnya nafsu makan, dehidrasi, dan tidak sembug lebih dari 3 hari.

Cara Mencegah Diare

Tindakan terbaik dalam mengatasi diare adalah melakukan pencegahan diare sejak dini. Kebersihan menjadi kunci pokok yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan diare. Beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:
  1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan kecil
  2. Tidak sembarangan mengonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya
  3. Tidak mengonsumsi air yang tidak matang
  4. Memisahkan makanan yang matang dan yang mentah
  5. Selalu memasak menggunakan bahan dasar yang masih segar
  6. Menyimpan makanan di lemari pendingin dan tidak terlalu lama membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari
  7. Menghindari penggunaan handuk dan peralatan makan yang sama jika ada keluarga yang mengalami diare
  8. Membersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar
  9. Istirahat yagn cukup





0 komentar:

Posting Komentar